INDONESIA SALAH SATU PENGGUNA INTERNET TERBESAR DUNIA
Indonesia menjadi negara yang masuk nominasi pengguna internet
terbesar di dunia selain Amerika Serikat dan India. Sebagian besar penduduk
Indonesia menghabiskan waktunya hingga berjam-jam untuk memposting gambar atau
video, memperbarui status, dan mencari informasi dari media sosial. Bagi
manusia milenial masa kini, ruang maya (cyber) menjadi kehidupan
nomor dua.
Di media sosial,
masing-masing pengguna akan menampilkan avatar dalam wujud beragam. Ada
pengguna yang hanya menampilkan sebagian informasi valid mengenai identitas,
termasuk menyembunyikan foto-foto diri. Namun tak sedikit mereka yang terlalu
mengumbar data pribadinya untuk diketahui publik. Mulai dari alamat, kontak,
deretan album galeri, permasalahan pribadi, hingga gaya hidup keseharian.
Hasil penelitian Kaspersky Lab mengungkapkan
bahwa pengguna dari kalangan remaja lebih banyak berbagi informasi secara
digital. Artinya mereka secara suka rela menyebarkan informasi di ruang maya.
Sebanyak 70 persen pengguna berbagi foto dan video tentang keluarga, termasuk
pasangan dan anak-anak, sementara 45 persen pengguna memposting video dan foto
pribadi yang sensitif.
Terlalu sering memposting status dan kehidupan pribadi di media
sosial sangat tidak dianjurkan. Sebagian pakar IT juga sepakat bahwa tindakan
demikian perlu diminimalisir. Hal ini bertujuan untuk menjaga kenyamanan atau
privasi pengguna itu sendiri serta mencegah tindakan yang mengarah pada
kriminalitas. Kasus penculikan pelajar yang terjadi di sejumlah wilayah di
Indonesia bermula dari perkenalan di media sosial.
Keamanan di media sosial
menjadi sangatlah penting mengingat maraknya kasus pembobolan (hacking)
yang melahirkan fitnah bertebaran di ruang maya. Seperti contoh kasus
pembobolan akun facebook salah satu tokoh agama yang kemudian digunakan pelaku
untuk menyebarkan informasi provokatif. Akibatnya muncul kegaduhan yang
berujung pada saling kecam antar pengikut (cyber bullying)
sekaligus merusak citra positif dari tokoh agama tersebut.
Seseorang yang terlalu
mengumbar data pribadinya di media sosial juga rentan menjadi target pencurian
identitas atau kejahatan finansial oleh orang asing. Di luar negeri sana marak
terjadi kasus pembobolan rekening. Berbekal data-data penting yang diumbar
cuma-cuma, para hacker bisa menguras saldo di rekening tabungan korban hanya
melalui laptop.
Alasan kedua mengapa pengguna perlu mengontrol postingan di
media sosial adalah untuk menjaga kenyamanan dari serangan pihak sponsor.
Setiap waktu kita melihat postingan iklan yang bertebaran di media sosial,
mulai dari facebook, instagram, google+ dan sebagainya.
Hampir setiap hari halaman
facebook kita selalu diterpa oleh para pengiklan yang berusaha mempromosikan
dagangannya. Pertanyaanya mengapa iklan-iklan tersebut menyasar akun kita meski
tidak saling berteman? Jawabannya berkaitan dengan data yang sebelumnya kita
isi dan disimpan oleh situs media sosial tersebut.
Bagi mereka “data” menjadi
gudang harta yang bisa dijual ke pihak pengiklan, baik perorangan maupun
korporasi. Bagi perusahaan susu organik misalnya, mereka akan memerlukan data
pengguna facebook yang memiliki kriteria tertentu, seperti jenis kelamin,
status pendidikan dan sebagainya. Mereka bisa mendapatkan data itu secara detil
hanya dengan membayarkan sejumlah uang kepada pihak facebook.
Untuk menanggulangi segala
ancaman buruk akibat postingan di media sosial, diperlukan literasi internet.
Pemahaman mengenai internet sehat harusnya diberikan kepada kalangan muda yang
jumlah penggunanya lebih banyak. Karena yang terpenting di era digital ini
bukanlah melarang, melainkan bagaimana kita bisa memanfaatkan platform di media
sosial itu secara tepat guna sehingga bisa bermanfaat bagi sesama.
Kontributor: Siti Aisah
Komentar
Posting Komentar